Metode Pembelajaran Qiro'ah & Kitabah


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, maka perlu diperhatikan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan itu. Dari sekian faktor penunjang keberhasilan tujuan pendidikan, kesuksesan dalam proses pengajaran merupakan salah satu faktor yang sangat dominan. Untuk itu perlu sekali dalam proses pengajaran diciptakan suasana yang kondusif, agar siswa benar-benar tertarik dan ikut aktif dalam proses tersebut.

Dalam kaitannya dengan usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka perlua mempelajari metode pengajaran bahasa Arab secara utuh dan mendalam.

Dalam hal ini kami mencobe menguraikan tentang beberapa metode yang sering digunakan dalam pengajaran bahasa arab, yaitu metode qiro’ah (membaca) dan kitabah (menulis).

Metode qiro’ah dan kitabah yang merupakan bagian dari pengajaran bahasa arab untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam baca-tulis bahasa arab.
B.  Rumusan Masalah
                               I.             Apa tujuan pembelajaran qiro’ah?
                            II.            Apa tujuan pembelajaran kitabah?

C.  Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk;

                                i.            Memahami tujuan metode peengajaran qiro’ah.
                              ii.            Memahami tujuan metode pengajaran kitabah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pembelajaran Qiro’ah
a.       Pengertian dan Pembelajaran Qiro’ah
Membaca (qira’ah) merupakan keterampilan menangkap makna dalam simbol-simbol bunyi tertulis yang terorganisir menurut sistem tertentu atau membaca nyaring bermakna dan memahami berbagai nuansa makna yang dijumpai dalam teks tertulis dengan variasi tujuan komunikasi struktur kalimat dan ciri-ciri bahasanya.[1] 
b.      Tujuan Pembelajaran Qiroah
Membaca merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa ,lebih-lebih bagi pembelajar bahasa arab non arab dan tinggal diluar negara-negara arab seperti para pembelajar di Indonesia.
Tujuan pembelajaran Qira’ah :
ü  Mengucapkan bunyi dari makhrajnya serta membedakan bunyi huruf yang mirip.
ü  Menghubungkan tanda dengan makna.
ü  Memahami apa yang dibaca .
ü  Memperhatikan harakat panjang pendek.
ü  Berhenti pada tempat yang sesuai.
ü  Tidak mengulang-ulang kata pada saat membaca.[2]
c.       Metode Pembelajaran Qiro’ah
Metode pembelajaran qiro’ah jika menggunakan metode nahwu wa tarjamah maka secara ringkas langkah-langkah pembelajaran membaca dapat dijelaskan sebagai berikut:
  1. Guru memulai pelajaran dengan membacakan teks bahasa arab
  2. Kemudian guru menerjemahkan teks terhadap bahasa siswa
  3. Pelajaran dilanjutkan dengan penjelasan dari guru
  4. Terakhir siswa mengulang bacaan yang telah dipelajari
Namun berbeda jika menggunakan metode lain yang memperhatikan keterampilan lain. Maka pelajaran dimulai dengan mengajukan seperangkat mufrodat dan tarkib dalam konteks tertentu, dilanjutkan dengan berlatih menuturkan, setelah siswa mendengarkan itu semua kemudian siswa belajar mufradat dengan membaca. Bisa dilihat seperti langkah-langkah berikut:
  1. Guru membacakan beberapa kalimat dan jumlah disertai penjelasan maknanya (dengan menggunakan gambar, isyarah, gerakan, peragaan, dll), Setelah siswa paham kemudian guru menggunakan kalimat atau jumlah dalam kominikasi praktis.
  2. Guru menyuruh siswa membuka buku dan membacakan kalimat dan jumlah sekali lagi dan meminta siswa untuk mengulang lagi.
  3. Siswa mengulangi kalimat dan jumlah secara bersama-sama, kemudian kelas dibagi dua atau tiga kelompok, setiap kelompok diminta untuk mengulang-ulang sampai akhirnya guru memilih siswa secara acak dan diikuti oleh siswa lainnya.
  4. Setelah siswa memahami kalimat dan jumlah, guru menampilkan teks sederhana dan menyuruh siswa membaca dalam hati dalam waktu yang cukup.
  5. Setelah guru merasa bahwa siswa secara umum telah selesai membaca guru meminta siswa menghadap ke depan dan membiarkan buku tetap terbuka.
  6. Sebaliknya guru tidak memberi toleran waktu bagi yang belum selesai dan membiarkan mereka mengulangi teks pada waktu tanya jawab. Ini mendorong siswa untuk membaca cepat.
  7. Guru mengajukan pertanyaan seputar teks dan buku tetap terbuka karena guru tidak menguji hafalan siswa serta guru mempersilakan siswa mencari jawaban dalam teks.
  8. Sebaiknya pertanyaan urut berdasarkan jawaban dalam teks sehingga dapat diketahui sampai batas mana.
  9. Hendaknya pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban pendek.
  10. Jika salah satu siswa tidak bisa menjawab pertanyaan hendaknya pertanyaan itu diberikan kepada siswa yang lain.
  11. Memotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan
  12. Sebaiknya guru mem berhentikan pertanyaan yang sekirannya membuat perhatian siswa melemah, waktu yang ideal untuk Tanya jawab sekitar 20 sampai 25 menit.
  13. Setelah itu siswa mengulangi lagi bacaan dengan membaca dalam hati, atau menyuruh siswa yang bagus bacaannya untuk membaca dengan keras dan ditirukan oleh siswa yang lainnya.
  14. Terakhir mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang jawabannya ada dalam teks untuk dijawab oleh teman-temannya.
B.   Pembelajaran Kitabah
a.      Pengertian dan Pembelajaran Kitabah
Kitabah(menulis) merupakan keterampilan berbahasa yang rumit, karenanya keterampilan ini harus diurutkan setelah periode pelajaran yang menekankan pada bunyi (marhalah shawtiyyah).[3] Marhalah tersebut lebih terfokus pada aspek menyimak dan bicara.Kitabah sering difahami hanya sebatas mengkopi (naskh) dan mengeja (tahajju’ah, namun kitabah sebenarnya jugamencakup beragam proses kognitif untuk mengungkap apa yang diinginkan seseorang. Dengan demikian, keterampilan ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan pengetahuan lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf. Akan tetapi bagaimana pelajaran kitabah itu sebenarnya adalah tergantung padabagaimana pula situasi dan kondisi belajar atau peserta didiknya.
a.       Tujuan Pembelajaran Kitabah
Pembelajaran menulis terpusat pada tiga hal yaitu:
  1. Kemampuan menulis dengan tulisan yang benar.
  2. Memperbaiki khath.
  3. Kemampuan mengucapkan pikiran secara jelas dan detail.
b.      Langkah-langkah Pembelajaran Kitabah
Terdapat beberapa petunjuk umum berkaitan dengan menulis yaitu,
a)      Memperjelas materi yang dipelajari siswa, maksudnya tidak menyuruh siswa menulis sebelum siswa mendengarkan dengan baik, mampu membedakan pengucapannya dan telah kenal bacaan.
b)      Memberitahukan tujuan pembelajarannya kepada siswa
c)      Memulai mengajarkan menulis dengan waktu yang cukup
d)     Asas bertahap dari yang sederhana berlanjut ke yang rumit, contoh pelajaran dimulai dengan:
  • Menyalin huruf
  • Menyalin kata
  • Menulis kalimat sederhana
  • Menulis sebagian kalimat yang ada dalam teks atau percakapan
  • Menulis jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
  • Imla’
  • Mengarang terarah
  • Mengarang bebas
e)      Kebebasan menulis
f)       Pembelajaran khath
g)      Pembelajaran imla’
Untuk mengetahui masing-masing tingkatan dalam menulis mulai dari imla’ sampai ta’bir akan dibahas dibawah ini:
  1. Pembelajaran imla’
·         Imla’ manqul
Pembelajaran menulis tingkat awal ini bertujuan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis huruf, kata dalam bahasa arab.
Pada tingkat ini tidak hanya terfokus pada cara penulisan huruf tetapi diikuti juga latihan lain seperti tarkib dan qawaid yang juga dipelajari kalam dan qira’ah.
Latihan yang digunakan pada imla’ ini adalah:
Ø  Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya diambilkan darin teks bacaan.
Ø  Memberikan beberapa kata yang tidak urut dan meminta siswa untuk mengurutkan sehingga menjadi kalimat yang sempurna.
Ø  Menyalin teks pendek yang isinya berhubungan menyenangkan siswa.
Ø  Latihan merubah kalimat.[4]
·         Imla’ mandhur
Pada tingkat ini guru memberikan latihan sebagai berikut:
ü  Guru meminta siswa untuk menyiapkan teks tertentu yang ditentukan oleh guru dan siswa membacanya dirumah setelah disekolah didiskusikan dengan guru tentang kata-kata yang sulit membacannya dan guru menjelaskan cara penulisannya.
ü  Siswa diminta untuk menghafal teks pendek dan sederhana kemudian mengeja kata-katanya,lalu siswa diminta untuk menuliskannya.
ü  Meminta siswa menulis kalimat yang telah dipelajari dalam imla’ manqul tanpa melihat kembali pada buku dan membandingkan dalam imla mandhur dengan  tulisan pada imla’ manqul dari sisi kebenaran tulisannya.
ü  Siswa diminta untuk menyempurnakan kalimat yang pernah dipelajari atau mengisi kalimat yang rumpang.
ü  Guru member pertanyaan yang jawabannya satu kalimat dan dua kalimat.
ü  Guru menuliskan kata-kata sulit pada papan tulis, lalu siswa menulis pada buku tulis.[5]
·         Imla’ ikhtibariy
Pada imla’ ini guru memperhatikan hal-hal berikut:
§  Guru membaca teks dengan kecepatan sedang.
§  Mendiktekan teks dengan kecepatan yang rata.
§  Hendaknya guru membuat penggalan kalimat yang bermakna dalam mendiktekannya.
§  Gueu mengucapkan satu penggalan sekali dan siswa menulisnya dalam buku.
§  Guru diharapkan tidak mengulangi bacaan.
§  Guru memperhatikan siswa sambil mendikte.
§  Guru memberi waktu siswa untuk mengoreksi tulisannya.
§  Bagi siswa yang tidak menemui kesulitan dalam istima’ maka diberikan latihan yang lebih sulit agar termotivasi untuk belajar.
  1. Pembelajaran ta’bir
Pembelajaran ini dibagi menjadi dua yaitu:
·         Tabir muwajjah(terbimbing )
Latihan pada tingkat ini adalah:
v  Dimulai dengan latihan menyempurnakan kalimat.
v  Mengganti bagian kalimat dengan mengganti bagian kalimat dengan ungkapan-ungkapan yang bisa member makna lain pada kalimat.
v  Siswa diberi kalimat pendek dan sederhana kemudian diminta untuk memanjangkan dengan kata-kata baru.
v  Mengajukan beberapa kata yang tidak bolehdiulang untuk membentuk kalimat tetapi harus ditambah dengan satu kata atau dua kata sehingga menjadi kalimat yang sempurna.
v  Menampilkan kalimat-kalimat dan diubah salah satu katanya sehingga menuntut untuk mengubah kata yang lain.
v  Bisa juga dengan mengkhususkan latihan dengan memakai bentuk –bentuk waktu fiil.
v  Bisa dengan menggunakan pertanyaan yang harus dijawab  siswa dengan apa yang didengar atau telah dibaca dengan bentuk jawaban tertulis.
v  Bisa dipindah dalam bentuk paragraph dengan merubah fiilnya dari fiil madhi ke mudhari’ atau isimnya.
v  Atau juga bisa berlatih dengan menggunakan kerangka karangan seperti menggunakan urutan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara urut akan membentuk paragraph atau cerita.
v  Bisa juga dengan menggunakan latihan dengan meringkas bacaan atau teme-tema dalam buku bacaan.
v  Menyempurnakan kalimat dengan penjelasan
v  Menggunakan media pembelajaran seperti kartu bergambar, lukisan dll.
v  Latihan menjelaskan keadaan tertentu contoh:cara menghadapi guru,
v  Bisa juga mengacu pada kegiatan seperti bermain, rekreasi.[6]
·         Ta’bir hurt( menulis bebas)
Pada tingkat ini siswa diberi kesempatan untuk memilih tema dan mengembangkan pikiran-pikirannya, penggunaan mufrodat atau tarkib pada tulisannya, akan tetapi bukan berarti siswa lepas dari bimbingan dan bantuan guru atau pada tingkat ini diharapkan siswa dapat berkreasi dengan tulisannya.


BAB III
PENUTUP
a)    Kesimpulan
·         Metode pembelajaran qiro’ah adalah keterampilan menangkap makna dalamsimbol-simbol bunyi tertulis yang terorganisir menurut sistem tertentu atau membaca nyaring bermakna dan memahami berbagai nuansa makna yang bertujuan untuk;
ü   Mengucapkan bunyi dari makhrajnya serta membedakan bunyi huruf yang mirip.
ü   Menghubungkan tanda dengan makna.
ü   Memahami apa yang dibaca.
ü   Memperhatikan harakat panjang pendek.
ü   Berhenti pada tempat yang sesuai.
ü   Tidak mengulang-ulang kata pada saat membaca.
·         Metode pembelajaran kitabah keterampilan berbahasa yang rumit, karenanya keterampilan ini harus diurutkan setelah periode pelajaran yangmenekankan pada bunyi (marhalah shawtiyyah). Marhalah tersebut lebih terfokus pada aspek menyimak dan bicara dan bertujuan untuk;

ü  Kemampuan menulis dengan tulisan yang benar.
ü  Memperbaiki khath.
ü  Kemampuan mengucapkan pikiran secara jelas dan detail.



Daftar Pustaka
·         Hamid, Abdul.  Pembelajaran Bahasa Arab.Malang: UIN-Malang Press, 2008.
·         Izzan, Ahmad. Merodologi Pembelajaran Bahasa Arab.Bandung: Humaniora, 2004.
·         Suja’i. Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab.Semarang: Walisongo Press, 2008.
·         Muhammad Ali al-Khulli, Asalib Tadris al-Lughah al-’Arabiyah .Riyadh, Al-mamlakah al-’Arabiyah as-Sa’ufiyah, 1982.
·         Muljanto Sumardi et. al., Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama, Jakarta: Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Depag RI, 1973.
·         Muljanto Sumardi et. al., Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi , Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
·         Sri Utari Subyakto Nababan, Metodologi Pengajaran Bahasa , Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993.














[1] Suja’i,Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Semarang:Walisongo Press,2008),hal 20
[2] Suja’i,Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Semarang:Walisongo Press,2008),hal 21
[3] Hamid,Abdul,.Pembelajaran Bahasa Arab,(Malang: UIN-Malang Press,2008),hal 49
[4] Hamid,Abdul,.Pembelajaran Bahasa Arab,(Malang: UIN-Malang Press,2008),hal 50
[5] Hamid,Abdul,.Pembelajaran Bahasa Arab,(Malang: UIN-Malang Press,2008),hal 52

[6] Hamid,Abdul,.Pembelajaran Bahasa Arab,(Malang: UIN-Malang Press,2008),hal 50

Macam-macam Dialek Bahasa Arab


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Bahasa Arab (اللغة العربية al-lughah al-‘Arabīyyah, atau secara ringkas عربي ‘Arabī) adalah salah satu bahasa Semitik Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semitik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami. Bahasa Arab memiliki lebih banyak penutur daripada bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Semitik. Ia dituturkan oleh lebih dari 280 juta orang sebagai bahasa pertama, yang mana sebagian besar tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara. Bahasa ini adalah bahasa resmi dari 25 negara, dan merupakan bahasa peribadatan dalam agama Islam karena merupakan bahasa yang dipakai oleh Al-Qur’an. Berdasarkan penyebaran geografisnya, bahasa Arab percakapan memiliki banyak variasi (dialek), beberapa dialeknya bahkan tidak dapat saling mengerti satu sama lain. Bahasa Arab modern telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa dengan 27 sub-bahasa dalam ISO 639-3. Bahasa Arab Baku (kadang-kadang disebut Bahasa Arab Sastra) diajarkan secara luas di sekolah dan universitas, serta digunakan di tempat kerja, pemerintahan, dan media massa.
  1. Rumusan masalah
  1. Apa pengertian dialek bahasa Arab?
  2. Apa saja faktor-faktor terbentuknya dialek bahasa Arab?
  3. Apa saja macam-macam dialek bahasa Arab?
  1. Tujuan penulisan
  1. Untuk mengetahui pengertian dialek bahasa Arab.
  2. Untuk mengetahui faktor-faktor terbentuknya dialek bahasa Arab.
  3. Untuk mengetahui macam-macam dialek bahasa Arab.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Dialek
Dialek (اللهجات ) menurut Para ahli bahasa Arab adalah bahasa dan huruf yang digunakan oleh sekelompok orang dalam rumpun tertentu yang menyebabkan adanya perbedaan ucapan bahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya. Bahasa Arab adalah salah satu dari rumpun bahasa Samiah yang mempunyai berbagai macam dialek yang menyebabkan perbedaan dalam membaca dan berbicara sehingga tidak heran jika dikatakan Al Quran itu turun dengan tujuh huruf ) (نزل القرآن على سبعة أحرف.
Sebagian Ulama berpendapat bahwa tujuh huruf yang dimaksudkan adalah bahasa dari tujuh Qabilah arab pada saat itu atau dengan kata lain bahasa quraisy adalah gabungan dari tujuh bahasa kabilah arab yang terkemuka pada saat itu, dengan dalil Nabi Ismail as mengadopsi bahasa arab dari Abu Al Qahtan melalui perdagangan dan hubungan lainnya antara masyarakat dan penguasa. Dari tujuh kabilah ini melahirkan perbedaan bacaan dalam Al Quran, contohnya (إنا أنطيناك الكوثر) ).
“Arab Umum” atau “Al-’Arabiyyah Al-’Ammiyah” adalah bahasa Arab yang dipakai dalam percakapan sehari-hari di dunia Arab, dan amat berbeda dengan Bahasa Arab tulisan. Perbedaan dialek paling utama ialah antara Afrika Utara (Arab Magrib) dan bagian Timur Tengah (Hijaz). Faktor yang menyebabkan perbedaan dialek bahasa Arab ialah pengaruh substrat (bahasa yang digunakan sebelum bahasa Arab datang). Seperti misalnya pada kata yakūn (artinya “itu”), di Irak disebut aku, di Palestina fih, dan di Magribi disebut kayən.
B.     Macam Dialek Bahasa Arab
Sebagaimana bahasa-bahasa pada umumnya, bahasa Arab juga mempunyai dialek-dialek geografis diluar bahasa Arab klasik atau Qurani dan Arab Baku. Dialek-dialek ini tersebar dari tepi Samudera Atlantik hingga Pedalaman Balkh, Afghanistan.
Selain itu ada juga dialek Arab yang sudah punah, yakni Arab Sicilia (sampai abad ke-11) dan Arab Andalusia (sampai abad ke-15). Disamping itu ada dialek Arab yang kemudian berkembang menjadi bahasa terpisah karena faktor sejarah dan politik seperti Malta.
Mungkin ini cuma sekedar pengetahuan belaka, karena bagaimanapun bahasa Arab juga punya dialek yang bahkan antara penutur Arab asal Maghribi dengan Jazirah Arabpun tidak saling mengerti kalau tidak dimediasi dengan Arab Fusha.
Daftar dialek utama di Arab adalah sebagai berikut:
è  Dialek Mesir مصري : Dipakai oleh sekitar 76 juta rakyat Mesir.
è  Dialek Maghribi مغربي : Dipakai oleh sekitar 20 juta rakyat Afrika Utara.
è  Dialek Levantine : Disebut juga Dialek Syam. Dipakai di Syria, Palestina, Lebanon dan Gereja Maronit Siprus.
è  Dialek Iraq عراقي : Mempunyai perbedaan khusus, yaitu perbedaan dialek di utara dan selatan Iraq.
è  Dialek Arab Timur بحريني : Dipakai di Oman, di Arab Saudi dan di Irak bagian Barat.
è  Dialek Teluk خليجي : Dipakai di daerah Teluk, yaitu di Qatar, Unu Emirat Arab dan Saudi Arabia.
Sementara beberapa dialek lainnya adalah:
è  Hassānīya حساني : Dipakai di Mauritania dan Sahara Barat.
è  Dialek Sudan سوداني : Dipakai di Sudan dan Chad.
è  Dialek Hijazi حجازي : Dipakai di daerah barat dan utara Arab Saudi dan timur Yordania.
è  Dialek Najd نجدي : Dipakai di Najd, Arab Saudi
è  Dialek Yamani يمني : Dipakai di Yaman.
è  Dialek Andalus أندلسي : Dipakai di Andalus sampai abad ke-17.
è  Dialek Sisilia سقلي : Dipakai di Sisilia.
C.    Kumpulan Dialek
Dialek yang paling berhubungan dengan dialek dari ‘golongan Anazi atau dengan dialek Badui, yaitu Qatar. Dialek abu Zabi dan Buraimi, melestarikan beberapa keistimewaan tertentu yang tidak lagi dapat diamati di Kuwait, Bahrain, atau dialek Dubai. Demikian juga di Qatar:
a)      Huruf hidup yang  belum terhubung dengan kata kerja yang ‘bersifat’ fi’il mudhari’ atau mungkin –a-, seperti yasrab, meskipun bentuknya sama.
b)      Kata perintah untuk kata kerja yang sederhana memiliki huruf hidup yang pendek, seperti mengatakan: gil, yang mana dialek lain mengatakan guul.
Dialek Kuwait, Bahrain, dan Dubai:
a)      Bentuk jamak muannas tidak terjadi pada kata kerja atau sifat.
b)      Bentuk pasif tidak terjadi pada kata kerja, meskipun ada tapi jarang ditemukan.
Ø  Kata kerja-umum
Bentuk jamak muannas dari kata kerja, didasarkan pada bentuk-bentuk di Qatar dan saat ini dalam dialek buraimi.  Verba pasif tidak bisa didapatkan, karena ini jarang terjadi pada kebanyakan dialek, kecuali di Qatar, bentuk-bentuk pasif ini dibahas.
a) Fi’il Madhi
Bentuk dasar dari fi’il madi pada kata kerja yang sederhana dari salah satu fa’al / fi’al atau jenis fi’il, seperti kitab ‘dia menulis’, hasab ‘dia menghitung’, dan sirib ‘dia meminum’. Table tashrif kata kerja.
-Mufrad
Ghaib&ghaibah
-         Kitab, -ktab,sirib,-srib(mudzakkar)-         Ktibat,-ktiba, sarbat,[sribat](muannas)
Mukhatab&mukhatabah
-         Kitabt, -ktabt, sribt, -sribt(mudzakkar)-         Kitabti, -ktabti, sribti, -sribti(muannas)
Mutakallim
-         Kitabt, -ktabt, sribt, -sribt
-Jamak
Ghaib&ghaibah
-Ktibaw,-ktibaw,sarbaw, [sribaw](mudzakkar)-(ktiban,-ktiban), (sarban, -sriban]) ( muannas)
Mukhatab&mukhotabah
-Kitabtu, -ktabtu, sribtu, -sribtu (mudzakkar)-(kitabtin,-ktabtin), (sribtin,sribtin)(muannas)
Mutakallim
-Kitabna, -ktabna, sribna, -sribna
b) Fi’il mudhari’
Kata kerja yang memiliki bentuk dasar fa’al pada fi’il madi, dan fi’il mudharinya dengan pola yaf’il atau yif’al, seperti yaktib ‘dia menulis’.
Table tashrif fi’il mudhari dari kata kerja katab dan sirib
-Mufrad
Ghaib&ghaibah
-         Yaktib, yisrab(mudzakkar)-         Taktib, tisrab(muannas)
Mukhatab&mukhatabah
-         Taktib, tisrab(mudzakkar)-         Taktәbiin, tisrәbiin  (muannas)
Mutakallim
-         Aktib, asrab
-Jamak
Ghaib&ghaibah
-         Yaktәbuun, yisrәbuun (mudzakkar)-         (yaktaban), (yisraban) (muannas)
Mukhatab&mukhatabah
-         Taktәbuun, tisrәbuun (mudzakkar)-         (taktәban), (tisrәban) (muannas)
Mutakallim
-         Naktib, nisrab
c) Fi’il amr
bentuk fi’il amr biasanya memiliki karakteristik yang sama vokalnya dengan fi’il mudhori. demikian untuk verba kitab, dan sirib dikonjugasikan di atas dalam fi’il mudhori, pola fi’il amr sebagai berikut:
-Mufrod
Iktib, israb(mudzakkar)
Iktibi, isribi(muannas)
- Jamak
Iktibu, isribu(mudzakkar)
(iktiban), (isriban) (muannas)
Diantara dialek yang sering digunakan sebagai berikut:
ü  Thamthamaniah Humair ( طمطمانية)
Thamthamaniah adalah bahasa sebagian kabilah arab dimana huruf Alif Lam Ta’rif ( أل) diganti dengan Alif dan Mim ( أم) yang dalam pengucapannya lebih condong ke huruf Mim, contohnya kata matahari dan bulan mereka menyebutnya (امشمس ) (امقمر ). Atsa’aliby mengatakan bahwa thamthamaniah ini adalah bahasanya kabilah Humair. Dalam hadis Abu Hurairah diriwayatkan bahwa ia telah datang menghadap Usman ra, dan Usman pun berkata: Peperangan telah selesai (الآن طاب امضرب) asli dari kalimat tersebut adalah ( طاب الضرب) Dimana alif lam ta’rif diganti dengan Mim, dan menurutnya ini adalah bahasa sebagaian orang Yaman.
Menurut Hariri, orang-orang Humair menggantikan Alif lam ta’rif dengan Alif dan mim dalam bahasa mereka seperti, طاب امضرب dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Namr bin Thualub, bahwa Rasulullah SAW bersabdaليس من امبر امصيام في امسفر ) tiada kebaikan berpuasa dalam perjalanan (musafir). Diriwayatkan oleh Tsa’lab dari Al Akhfasy bahwa thamthamaniah adalah bahasanya suku Azad dimana mereka menggantikan alif lam ta’rif dengan alif dan mim.
ü  Kasykasya (الكشكشه)
Yaitu menggantikan Kaf Mukhatab (كاف) dengan Syin (شينا) contohnya kata (bapakmu= أبوك) dibaca menjadi (أبوش). Dan juga dalam syair Ibnu AL A’rabi فعيناش عيناها وجيدش جيدها ولكن عظم الساق منش دقيق Ini adalah sebagian bahasa dari orang arab termasuk Mesir diama kata Ma Alaika dibaca Ma Alaiysy. contoh lain kata Laka (لك ) dibaca Lesy (لش ).
ü  Kaskasah (الكسكسه)
Kaskasa ini menyerupai Kasykasya yaitu menambahkan huruf Sin (سينا) setelah Kaf Mukhathab (الكاف) untuk menunjukkan terhadap Muannats (feminal), contohnya kata (memberi) (أعطيتك) dibaca ( أعطيتكس) dan (أكرمتك) dibaca (أكرمتكس). Ataupun sama halnya dengan Kasykasya yaitu dengan menggantikan Kaf Mukhathab dengan Sin, contohnya pada kata bapak dan ibu (أبوك) dibaca (أبوس) dan (أمك) dibaca (أمس).
ü  Istintha (الاستنطاء )
Yaitu menggantikan huruf Ain (العين) yang di sukun dengan huruf Nun (نونا) dan setelahnya adalah huruf Tha (الطاء), contohnya kata (أعطى) dibaca (أنطى), dan dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Hasan dan Thalha ra juga selain mereka membaca ayat Al Kautsar dengan Istintha (إنا أنطيناك الكوثر) dan juga terdapat dalam hadis Rasulullah tentang Doa yaitu sabdanya:(لامانع لما انطيت ولا منطي لما منع).
ü  Khalkhaniah (اللخلخانيه )
Yaitu memperpendek atau meringkas Harakat (baris) serta meringankan tekanan pada harakah tasydid, contohnya kata (كأنك) diringkas menjadi (كنك) dan kata (ما شاء الله) menjadi (ما شا الله).
ü  Tashil (التسهيل )
Yaitu membuang huruf Hamzah (الهمزة) agar lebih mempermudah ucapan, contohnya pada kata sumur dan gelas ( بئر) dibaca ( بير) dan (كأس) dibaca ( كاس) tanpa penulisan dan penyebutan huruf hamzah.

ü  Ar Raswu (الرسو )
Yaitu menggantikan huruf Sin (السين ) atau Zai (الزاي) dengan huruf Shad (الصاد) atau sebaliknya, contohnya (سلطان) menjadi (صلطان), (أسطوره) menjadi (أصطوره ). dan bacaan ini sangat ma’ruf (terkenal) serta diakui keberadaanya oleh pakar bahasa karena banyaknya terdapat dalam natsr bahkan dalam Al Quran, contohnya, (يصطرون), ( لست عليهم بمصيطر ).
ü  Tanwin Nagham ( تنوين النغم )
Yaitu menggantikan Ta ta’nis (تاء التأنيث) dengan Nun Sukun (نونا ساكنه) untuk melagukan kata, contoh, kata (زانت) dibaca (زانن), dan (بدت) dibaca (بدن).
ü  Kata Ibir mengganti kata Ibn ((ابر) بدلا عن (ابن))
Yaitu mengganti kata Ibn dengan kata Ibir, contohnya ( محمد بر علي).
ü  Pengganti Dhamir Ha Ghaib (هاء الغائب)
Yaitu mengganti Dhamir Ghaib dengan huruf Wau (واو), contohnya kata (قدرته) dibaca (قدرتو).
ü  ‘An’anah
Yaitu menggantikan huruf alif () menjadi Ain (العين).


BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dialek (اللهجات ) menurut Para ahli bahasa Arab adalah bahasa dan huruf yang digunakan oleh sekelompok orang dalam rumpun tertentu yang menyebabkan adanya perbedaan ucapan bahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya. Faktor yang menyebabkan perbedaan dialek bahasa Arab ialah pengaruh substrat (bahasa yang digunakan sebelum bahasa Arab datang). Seperti misalnya pada kata yakūn (artinya “itu”), di Irak disebut aku, di Palestina fih, dan di Magribi disebut kayən.
Daftar dialek utama di Arab adalah sebagai berikut:
v  Dialek Mesir مصري : Dipakai oleh sekitar 76 juta rakyat Mesir.
v  Dialek Maghribi مغربي : Dipakai oleh sekitar 20 juta rakyat Afrika Utara.
v  Dialek Levantine : Disebut juga Dialek Syam. Dipakai di Syria, Palestina, Lebanon dan Gereja Maronit Siprus.
v  Dialek Iraq عراقي : Mempunyai perbedaan khusus, yaitu perbedaan dialek di utara dan selatan Iraq.
v  Dialek Arab Timur بحريني : Dipakai di Oman, di Arab Saudi dan di Irak bagian Barat.
v  Dialek Teluk خليجي : Dipakai di daerah Teluk, yaitu di Qatar, Unu Emirat Arab dan Saudi Arabia.
Sementara beberapa dialek lainnya adalah:
v  Hassānīya حساني : Dipakai di Mauritania dan Sahara Barat
v  Dialek Sudan سوداني : Dipakai di Sudan dan Chad
v  Dialek Hijazi حجازي : Dipakai di daerah barat dan utara Arab Saudi dan timur Yordania
v  Dialek Najd نجدي : Dipakai di Najd, Arab Saudi
v  Dialek Yamani يمني : Dipakai di Yaman
v  Dialek Andalus أندلسي : Dipakai di Andalus sampai abad ke-17
v  Dialek Sisilia سقلي : Dipakai di Sisilia.


DAFTAR PUSTAKA
è  http://bambangpriantono.multiply.com/journal/item/2494/Cacil_Bahasa_Terus_DIALEK- DIALEK_BAHASA_ARAB